Aku harus cepat menyampaikan sesuatu. Sebelum waktu tiba-tiba berpamitan, dan urung tuntas menyelesaikan janjinya.
Dengan segenap hati, aku ingin berterima kasih padamu,
karena telah– dengan agak ceroboh, mempercayaiku bulat-bulat.
Walau aku enggan berpanjang lebar, walau kupamit kau untuk sebuah tujuan asing dan tak familiar untukmu.
Terima kasih, karena telah menyerahkanku berlapis nasihat, gairah, dan mimpi. Yang darinya, aku melihat kau begitu tulus mengharapkanku… Tak ada yang lebih berharga dari diwarisi kemewahan berpikir seperti milikmu.
Terima kasih telah membuka pintu, dengan apapun yang kubawa. Satu-dua komentar gusar kurasa manusiawi. Tapi, sungguh. Terima kasih telah mempersilakanku masuk.
Terima kasih, karena telah bertanya kabarku, walau kau juga nampak compang-camping dikoyak lelah dan debu.
Terima kasih atas pembelaanmu terhadapku atas pekatnya ragu-ragu. Membuatku bisa menghela lebih lega.
Sungguh, aku jadi tidak butuh yang lain.
Dengan doamu, aku bisa jadi apapun.
Apapun.