Kira-kira Dzulhijjah lima tahun lalu, aku berkesempatan mengenalmu lebih dekat. Kau akhirnya duduk di kursi, setelah dimohon mas-mas untuk beristirahat saja, kau berkeliling memberi komando ibu-ibu guru dan tentu saja murid-murid untuk memotong-motong, membagi daging qurban patungan di sekolah kita.
Aku saat itu siswa baru, selama ini hanya mendengar namamu sebagai nama yang disegani– atau ditakuti oleh kakak-kakak kelas. “Lek rambutmu panjang, ketahuan, dipetal langsung. Petal. Langsung. Gak nyeni blas. Blas.”
Jadi aku mengamatimu saja, dengan sekelibat cerita tentangmu sambil menimbang-nimbang daging 1/2 kg lalu mengepaknya dalam kresek berlabel SKI SMAN 15 Surabaya.
Menyapa guru-guru lain yang sedang memasak gule dan sate dengan wajah lelah, mengabsen siapa saja yang belum mendapat daging, menanyakan tiap panitia (sekaligus memaksa mereka) untuk makan. ”

“Kangen Bu Alifah, begitu banyak kenangan pas Idul Adha begini..”
Bu Alifah, semoga Allah menerima amal kebaikanmu. Melapangkan dan menerangkan kuburmu.
Aamiin..