Kurasa kita sudah tidak punya muka untuk meminta maaf, apalagi menyampaikan janji-janji. Keduanya tak lagi membuat kita sadar– mungkin karena sangking seringnya diutarakan, mereka jadi kehilangan makna. Jadi begini usulku, bagaimana kalau kita berhenti ngotot melakukan dua usaha itu? Kita los saja, mengembalikan lagi semua pada Yang Memiliki Segalanya. Akan kuyakinkan kau, bahwa kau tak sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendirian. Aku disini juga jumpalitan. Terperosok berulang kali, sama sepertimu. Tenang, ini merupakan proses yang memang harus dilewati. Toh akhirnya kita sama-sama sadar bahwa hal ini akan membawa kita lebih jauh dalam perenungan mengenai makna perjalanan masing-masing. Duh, semoga kita cukup cerdas ya.
P.S : Hei, jangan sedih begitu. Aku tidak sedang marah kok…