jepretanku.
foto oleh Umarul Faruq
Minggu, 27 Oktober 2013. Hari itu terik sekali.
Jalan Gubernur Suryo, di depan Taman Apsari, sedang ramai. Ada 554 pelajar berseragam putih biru dan putih abu membentuk barisan panjang yang rapi. Bendera merah-putih, bendera Forum OSIS Jatim, bendera Forum OSIS Nasional, bendera Forum Rohis Nusantara berkibar di udara. Asisten-asisten korlap dengan sibuknya mengatur teman-temannya yang berada di barisan. Ada tiga siswa yang sepanjang acara berdiri di soundsystem di atas pick up yang mengucapkan kata-kata membanggakan dan membangkitkan semangat. Mereka berorasi dengan kharismatik sekali.
Melihat mereka dan ratusan siswa lainnya, aku semacam… terharu.
Dari sekian ratus anak itu, aku yakin motif mereka datang hari itu macam-macam. Mungkin banyak dari mereka yang nggak ngerti ini sebenernya acara apa dan ngapain, tapi tetap datang. Mereka bergabung bersama teman-teman OSIS dari penjuru Jawa Timur dan ikut mengikuti rangkaian acara hari itu: membentangkan 85 meter bendera, cap tangan di kain putih, mendengarkan orasi-orasi, menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa di depan gedung Grahadi, di salah satu ruas jalan teramai di Surabaya.
Kalau aku jadi mereka, awalnya mungkin aku akan jadi pelajar yang ikut-karena-disuruh-ketos, datang bukan dengan hati gitu. Tapi setelah sampai disana, rasanya aku akan menemukan semangatku perlahan muncul. Ternyata aku nggak sendirian, –kita nggak sendirian. Negeri ini anak mudanya semangat-semangat, dan peringatan Sumpah Pemuda mengingatkanku bahwa pemuda itu visioner dan pemberani sekali. Di tahun 1928, Indonesia belum lahir. Tapi, anak mudanya sudah bersedia menerima bahasa Indonesia yang saat itu masih asing — dibanding dengan bahasa Belanda dan bahasa Daerah– sebagai bahasa persatuan, sudah memplokamasikan diri sebagai satu bangsa yang merdeka dan berani menentukan nasib mereka sendiri.
Hari itu, hatiku pengap dengan optimisme.
Di tengah keriuhan akhir acara, (ngambil satu balon, nulis di sticky note disitu tentang harapan-harapan mereka untuk Indonesia) aku sempat membaca satu harapan, isinya kira-kira begini : Di tahun 2040, Indonesia akan menguasai dunia! :v menguasai dengan bijaksana dan sangar ya, Dik :3
Ah, dan ada puisi yang dibacakan dengan keren sekali oleh Inayah. Judulnya Sumpah.
Ingin kusumpah kau, aku
Kita, kami
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan peluh dan airmata menjadi sejarah
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan pekik perjuangan sesuatu yang pantas dikenang
Bukan sumpah yang kau berikan cuma-cuma pada kekasihmu (yang mungkin saat ini berada di sampingmu). Dengan mudah kau lupakan
Ingin kusumpah kau, aku
Kita, kami
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan dada kita membusung bangga
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan nama pemuda harum sepanjang masa
Bukan sumpah sampah yang kau berikan sebagai hadiah pertemanan
Ingin kusumpah kau, aku
Kita, kami
Dengan sumpah yang sama. Yang membuat darah revolusi meninggi melawan ketidakadilan
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan para pemuda berani melawan tirani
Bukan sumpah yang kau berikan pada orangtuamu untuk kau langgar selanjutnya
Ingin kusumpah kau, aku
Kita, kami
Dengan sumpah yang sama. Darah yang sama. Airmata yang sama. Tanah yang sama
Yang menjadikan kau, aku, kita berdiri tegak disini sebagai pemuda Indonesia
Tapi!
Ingin kusumpahi kalian! Ingin kusumpahi kau! Ingin kusumpahi aku!
Karena dalam 85 tahun, dengan mudah kita, kami melupakan mereka
Sumpah yang ditahbiskan dengan darah, airmata, dan peluh
Sumpah yang kita, kami langgar karena kita tak lagi bangga menjadi bagiannya. Karena kita, kami malu menjadi bagiannya
Ingin kusumpahi kalian! Ingin kusumpahi kau! Ingin kusumpahi aku!
Karena 85 itu hanya peringatan. Ucapan. Mungkin selamatan.
Tak pernah dengan benar kita, kami mengucapkannya
Karena kita, kami lebih hafal lagu-lagu barat dan oriental
Dan kita lebih senang mendatangi kefanaan dari perjuangan
Ingin kusumpahi kalian! Ingin kusumpahi kau! Ingin kusumpahi aku!
Karena tak sedikitpun kita, kami berpeluh
Dan tak sedikitpun kita, kami membanggakan
…
Ingin kusumpah kau, aku, kita, kami
Dengan sumpah yang sama. Yang menjadikan kau, aku, kita pemuda Indonesia
Sumpah yang akan aku, kau jadikan peradaban
Sumpah yang akan kau, aku jadikan cita
Sumpah yang akan kau, aku jadikan Indonesia
Sumpah ini!
“Kami putra putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Surabaya, 27 Oktober 2013
Selamat Hari Sumpah Pemuda!