Lelah sekali menjadi besar.
Tidak boleh menamai motor kesayangan karena dianggap kekanak-kanakan.
“Inget umuuurr!” katanya sambil tertawa. Padahal aku susah payah mencari nama yang lucu untuk motorku.
Lelah sekali menjadi besar. Mereka akan mempertanyakan caramu berpakaian. Kenapa bgini bgitu? Kenapa nggak kayak si anu si itu?
Lelah sekali menjadi besar.
Kamu harus menahan tangis sampai hidungmu perih ketika makanan yang jarang kamu makan seperti tamie, tiba-tiba dibuang ke tempat sampah.
Waktu kamu bilang, “Lho, itu kan punyaku..”
Kakakmu denganmu wajah tanpa menyesal bilang, “Waduh… Aku lupa..”
Kamu tidak boleh menangis. Apalagi menceples pantatnya sekuat tenaga.
Itu kekanakan sekali.
Kamu sudah besar! Kata pikiranmu.
Terlanjur menangis. Tapi menyesal. ‘Harusnya kamu bisa lebih dewasa. Air matamu tidak boleh jatuh hanya krn hal-hal remeh seperti ini! Hapus!”
Kata pikiranku.
Aku sudah menemukan kalimat untuk mendebatnya.
Tapi tidak jadi.
Dia benar.
maseh ngasi nama buat motornya. aku ngasih nama buat sepedaku. and I don’t think it’s a childish thing to do :>
Hehehe nggak ya? :))
orang-orang di sekitar kita banyak dan beda-beda banget. susah juga kalo kudu ngelakuin apa yang mereka pingin denger atau lihat.
poinnya disini, jadi diri sendiri, gitu ya? hehehe. aku sedang belajar :3
“susah juga kalo kudu ngelakuin apa yang mereka pingin denger atau lihat.”
nezha… ketika kamu berusaha untuk bersikap seperti apa yang dikehendaki orang lain, kamu nggak akan pernah sampai ke sana, karena manusia nggak pernah puas. but, yeah you got the point: be yourself. 🙂
unyunyunyu : 3